Pada kesempatan kali ini teknosentrik akan berikan review mengenai kelebihan dan kekurangan Infinix Smart 3 Plus. Kehadiran ponsel yang berani memasang harga murah pada produk-produknya ini cukup membuat pasar Indonesia heboh. Pasalnya ponsel pintar lain di kelasnya selalu kalah murah namun spesifikasinya cukup bersaing.
Salah satu produk Infinix yang cukup menggiurkan adalah Infinix Smart 3 Plus yang rilis pertengahan tahun ini. Penasaran seperti apa kehebatan ponsel ini. Yuk mari kita ulas satu per satu.
Review kekurangan dan kelebihan Infinix Smart 3 Plus
1. Desain bodi
Urusan desain, Infinix ini memang agak telat dalam mengadopsi tren desain smartphone kekinian. Contohnya saja Smart 3 Plus ini, yang merupakan smartphone Infinix pertama yang memakai water drop notch, di saat brand-brand smartphone lain sudah jauh-jauh hari lebih dulu memakainya.
Untuk bodi belakangnya, Infinix Smart 3 Plus ini tidak berbeda jauh dengan smartphone Tiongkok lainya yang rata-rata sudah memakai permukaan glossy ala kaca. Ya, ini ala kaca yang bukan kaca asli. Jadi, overall materialnya masih plastik tapi bodi belakang Infinix Smart 3 Plus ini agak ngebosenin ya, karena glossy-nya ini cuma polos tidak ada motif atau gradasi warna tertentu.
Eits! Tapi tenang saja, Infinix sudah menyediakan hardcase bawaan yang punya motif lucu-lucu. Saya menyebut hardcase ini unik karena saya baru pertama kali ini menemukan hardcase bawaan di paket penjualan smartphone yang punya motif.
Biasanya kalau tidak polos, ya bening begitu saja tidak ada motif tertentu. Well, karena bodinya overall berbahan plastik bobot smartphone ini sangat ringan ya. Jadi, kalau ditenteng pakai tangan lama-lama, ya tidak terasa pegal. Tapi, di sini saya cukup concern dengan build quality-nya.
Ya, saat pertama saya mencoba Infinix Smart 3 Plus ini lalu saya coba-coba ketuk-ketuk bodi belakangnya saya merasakan seperti ada rongga yang kosong. Entah itu karena pengeleman yang kurang rekat atau memang build quality-nya yang ringkih.
Saya tidak tahu, apakah ini terjadi di Infinix Smart 3 Plus saya saja atau di Infinix Smart 3 Plus yang lain juga. Tapi yang jelas, bodinya ini terasa ringkih bagi saya, di sinilah letak kekurangannya. Jadi, sangat-sangat saya sarankan untuk segera memasangkan hardcase.
2. Layar
Karena poni-nya sekarang lebih mungil otomatis layar dari Smart 3 Plus ini menjadi lebih lebar, 6.2″. Rasio-nya 19:9, dan Infinix ini masih belum bisa move on dari resolusi favorit mereka di kelas entry-level apalagi kalau bukan resolusi HD+. Sebenarnya saya tidak ada masalah dengan resolusi HD+ ini.
Mungkin dari segi kerapatan terkesan lebih rendah karena ukuran layarnya yang besar, namun tone warna layar Smart 3 Plus ini yang cerah dan vivid dipakai untuk menonton YouTube atau film streaming lainnya masih enak-enak saja. Kemudian, saat dipakai di bawah terik matahari visibilitas layarnya masih bisa terjaga dengan baik. Ini dia yang saya butuhkan!
3. Review kamera
Salah satu kelebihan yang menjadi daya tarik dari smartphone Infinix ini ada di kamera belakangnya yang jumlahnya ada 3, terasa seperti lampu lalu lintas ya. Namun, konfigurasi 3 kamera belakang ini agak berbeda dengan konfigurasi 3 kamera belakang smartphone lainnya.
Yang pertama, ada kamera utama 13MP dengan bukaan lensa yang cukup lebar, f/1.8. Kedua, ada kamera depth sensor 2MP, untuk menciptakan efek kedalaman di mode Portrait-nya. Dan yang ketiga ini, kameranya ini cukup ‘nyeleneh’ ya bukan kamera ultra-wide angle, bukan kamera telephoto dan bukan kamera sensor monochrome.
Tapi, ini adalah sebuah kamera QVGA atau kalau di konversi ke resolusi maka sama dengan 320 x 240 piksel. Saya penasaran, kamera dengan resolusi sekecil ini untuk apa sih? Tapi saat saya ikut acara launching-nya Infinix Smart 3 Plus pihak Infinix menjelaskan kalau kamera ketiga ini fungsinya untuk mendeteksi mode malam.
Nah setelah dijelaskan begitu, saya sebenarnya masih penasaran. Apa benar, kamera dengan resolusi sekecil ini bisa membantu untuk foto malam yang lebih baik? Oke, sebentar, sabar dulu. Mari kita bahas satu persatu ya!
4. Hasil foto
Makin ke sini kamera smartphone Rp 1 jutaan sudah semakin canggih menangkap foto-foto di daylight termasuk kamera Infinix Smart 3 Plus. Kamera utamanya sudah built-in dengan AI atau Artificial Intelligent, yang bisa mendeteksi obyek-obyek tertentu dan memberi tuning warna terbaik untuk obyek tersebut.
Cuma, sayangnya AI ini kurang terlihat maksimal ya? Karena tidak ada semacam ikon yang menggambarkan obyek apa yang sedang dikenali oleh kamera. Hasilnya sendiri cukup memenuhi ekspektasi. Gonjrengnya dapat, contohnya foto daun yang terlihat lebih hijau. Atau foto langit yang terlihat lebih biru. Cobain deh!
Nah, untuk foto-foto jarak dekat atau Macro kamera Infinix Smart 3 Plus ini masih sangat bisa diandalkan. Meski fokusnya agak lambat kalau membidik obyek yang terlalu dekat. Selama pengambilan fotonya benar, detailnya pasti bakal didapatkan maksimal.
Mode HDR-nya juga lebih lengkap dengan setting Auto yang lebih sering saya pakai. Hasil foto outdoor cakep sih sepertinya sudah biasa ya? Lalu bagaimana dengan foto-foto indoor? Nah, dengan cahaya ruang seadanya, so far warna fotonya masih terlihat aman.
Detailnya lumayan, meski sudah tidak setajam saat foto-foto di luar ruangan dengan cahaya yang maksimal. Jika ditarik ke kondisi yang lebih gelap lagi alias lowlight, hasil fotonya ini di luar dugaan saya sih. Selama memakai smartphone dengan banderol di bawah Rp 1.5 juta tidak ada yang hasilnya bisa sekeren kamera Infinix Smart 3 Plus ini.
Ya, meski noise masih ada di sana-sini detail obyeknya masih cukup terjaga dengan baik. Saya jadi berpikir, “Apakah ini berkat peran kamera ketiga?” Well, menurut saya sih tidak 100%. Kamera mode malam ini sebenarnya berfungsi untuk mendeteksi cahaya sekitar. Dan saat kondisinya benar-benar gelap secara otomatis, kamera akan mengatur komposisi terbaik untuk memotret foto-foto malam. Ya, semacam deteksi AI untuk scene malam sih.
Foto lowlight yang cukup terang dan sedikit lebih tajam ini sebenarnya berkat bukaan lensa kamera Smart 3 Plus yang cukup lebar, di f/1.8. Dan ini adalah sebuah poin plus mengingat smartphone sekelasnya paling mentok bukaan lensanya di f/2.0 atau malah lebih kecil lagi. Depth sensor 2MP-nya biasa-biasa saja sih.
Ya, tentunya untuk membuat efek kedalaman alias bokeh yang dramatis. Efek blur-nya bisa diotak-atik sebelum pengambilan foto. Mau yang blur maksimal atau blur yang biasa tinggal disesuaikan saja dengan selera.
Tapi dengan adanya depth sensor ini menjadikannya sangat spesial kalau melihat harga smartphone-nya yang terlalu sadis ini. Memang kelebihan kamera Infinix Smart 3 Plus ini tidak ada lawan sih. Rata-rata pesaingnya di harga yang mirip-mirip, paling mentok cuman mengandalkan single kamera belakang saja.
Satu hal yang absen di kamera Infinix Smart 3 Plus adalah tidak adanya mode manual. Tapi bagi Kalian yang suka semuanya serba instant mode manual itu tidak bakal dilirik oleh mereka betul tidak? Tinggal percayakan saja pada AI di kameranya dan angle foto yang pas, untuk membuat foto yang lebih Instagramable.
5. Hasil video
Saya sih “Yes” untuk kamera fotonya. Tapi, “No” untuk kamera videonya. Ya, di sini tidak ada fitur stabilisasi seperti OIS apalagi EIS. Ya jelas saja, smartphone Rp 1 jutaan sudah pasti jarang ada 2 fitur tersebut.
Jadi kalau merekam video pakai tangan sambil berjalan efek gempa buminya itu sudah pasti sangat terasa. Lalu, dari segi kualitas, kamera video ini bisa merekam video maksimal resolusi Full HD atau 1080p di 30fps. Tapi ketika di-playback kok sepertinya kualitasnya di bawah itu ya? Ya, kalau melihat harganya, lagi-lagi ini bisa termaafkan, sih.
Oke, sekarang saya sedang tes kamera depan Infinix Smart 3 Plus untuk nge-vlog. Ya, kamera depan smartphone ini sudah bisa merekam video dengan resolusi maksimal Full HD di 30fps. Untuk kualitas dynamic range-nya agak jelek ya? Tapi lumayan stabil sih, lebih stabil dari kamera belakangnya.
Menurut kamu bagaimana? Infinix Smart 3 Plus bisa dibilang smartphone pertama Infinixyang memakai desain water drop notch. Sekarang poninya semakin imut dan memang dimaksimalkan untuk ruang kamera depan 8MP-nya.
Setelah dilihat-lihat, jepretan kamera selfie ini tajam juga ya! Fokus di mukanya dapat, warna kulit juga terlihat natural. Warnanya pokoknya asik karena selama ini saya mencoba beberapa smartphone Rp 1 jutaan, kamera depannya rata-rata.. ampas!
Mungkin yang cukup menguras kesabaran dari kamera smartphone ini adalah saat setelah pengambilan foto dan melihat hasilnya. Jadi, saat kita mau preview fotonya, gambarnya tidak langsung keluar. Kita perlu menunggu agak lama sekitar 4-5 detik baru fotonya muncul secara lebih detail. Inilah yang menjadi kekurangan kamera Infinix Smart 3 Plus ini.
Ada 2 kemungkinan, bisa jadi software kameranya nge-bugs atau dari segi performa hardware-nya yang memang kurang memadai. Well, bagi sebagian orang, ini sebenarnya masalah sepele ya tapi bagi saya pribadi, ini cukup mengganggu sih.
6. Performa hardware
Bicara performa hardware, tentunya tak bisa lepas dari membicarakan sektor dapur pacunya. Ya, untuk dapur pacunya, ini sebenarnya cara Infinix untuk menurunkan harga Smart 3 Plus ya. Tapi sebelumnya, saya ingin memberikan apresiasi kepada Infinix yang sudah tak lagi memakai chipset langganan mereka di masa lalu.
Sudah tidak lagi memakai MediaTek MT6752. Sudah tidak lagi memakai Snapdragon 425. Sekarang di Smart 3 Plus mereka sudah move ondan memakai chipset terbaru MediaTek, yaitu Helio A22. Hal ini sekaligus menjadi kelebihan Infinix Smart 3 Plus dari segi dapur pacunya.
Helio A22 ini adalah chipset entry-levelnya MediaTek. Ini masih model keluaran baru. Rilisnya tahun 2018. Nah, Helio A22 ini basisnya chipset Quadcore yang berjalan di Cortex A53 dan clockspeed-nya 2 GHz. Mungkin untuk saat ini, chipset Quadcore itu terdengar lambat karena rata-rata smartphone zaman sekarang sudah pakai chipset Octacore atau ada yang Decacore juga.
Tapi, saya mau jelaskan, kalau Helio A22 ini berbeda dengan chipset Quadcore di zaman dulu. Helio A22 ini sudah pakai fabrikasi atau arsitektur di 12nm. Jadi, selain clockspeed-nya tinggi di 2 GHz, di mana performa bisa lebih maksimal tapi tetap hemat konsumsi dayanya.
Lalu, seberapa kuat performa Infinix Smart 3 Plus untuk kebutuhan sehari-hari?
Ditopang oleh RAM 2GB, smartphone ini masih cukup nyaman untuk bermain media sosial, browsing, menonton streaming atau running 2 aplikasi di mode multi-windows. Tapi, setelah dipakai dalam waktu yang cukup lama saya merasa kalau RAM 2GB ini kok kembang kempis ya untuk multitasking? Misalkan ini, sedang meminimize 1 aplikasi cukup berat kemudian membuka beberapa aplikasi lain lagi.
Nah, saat kita coba kembali ke aplikasi yang pertama yang berat tadi RAM-nya sudah nge-kill lebih dulu di background. Jadi, seperti sudah tertutup dan harus di-restart lagi aplikasinya dan ini tentunya makan baterai bukan? Rata-rata konsumsi RAM-nya juga cukup boros sekitar 70%-80% dari total 1.8GB yang available. Itu baru dipakai untuk multitasking.
7. Kemampuan untuk main game
Apakah Infinix Smart 3 Plus bagus untuk bermain game?
Helio A22 ini sebenarnya masih cukup nyaman untuk memainkan beberapa game zaman now. Contohnya dipakai untuk bermain AoV. Helio A22 ini masih bisa mengatasinya, meski kurang maksimal kalau dipaksakan bermain di mode High Frame Rate. Frame drop-nya bakal sering terjadi.
Pilihan solusinya ada 2. Mau bermain nyaman tapi mengorbankan grafis atau sebaliknya, grafis cakep dan visual effect keluar tapi nge-lag nya lebih terasa.
Naik lagi ke game yang grafisnya setingkat lebih bagus. Yaitu Iron Blade. Di sini frame drop-nya semakin sering terasa sih. Rata-rata game berjalan di 25 fps saat keroyokan melawan banyak musuh.
Lag-nya sih tidak sampai ke level “mengganggu”tapi tetap saja kurang enak untuk dilihat. Nah untuk yang menanyakan apakah smartphone ini bisa lancar dipakai memainkan PUBG Mobile.
Setting grafis default-nya tembus rata kiri demi kenyamanan bermain. Grafis segini masih cukup okelah ya?!
Yang menarik adalah layarnya ini sangat responsif. Jadi, nyaman untuk controlling karakternya. Well, bottlenecking smartphone ini memang ada di RAM-nya. Jadi, sebelum bermain game, saran saya lakukan clear RAM dulu supaya hardware bisa fokus menjalankan game-nya.
8. Fitur UI dan OS
XOS ini adalah salah satu custom OS Android yang cukup komplit fiturnya dan tentu saja butuh space RAM yang memadai supaya enak menjalankannya. Ya, minimal RAM 3GB. Tapi, sebenarnya XOS versi terbaru yang sudah berbasis Android Pie ini tampilannya mirip dengan versi Android Stock, termasuk tombol navigasi yang sekarang sudah bisa pakai gesture.
Kemudian ada toogle screen auto-lock. Lalu, ada smart panel yang berisi shortcut-shortcut aplikasi penting dan secara umum UI-nya juga jauh lebih bersih. Ya, masih sama seperti versi sebelumnya, tentunya masih ada XTheme yang sekarang koleksi tema-nya semakin banyak.
Tidak mau kalah dengan MIUI. Lalu, masih tetap ada dualisme appdrawer. Bisa swipe kiri-kanan untuk menampilkan daftar aplikasi. Bisa juga swipe ke atas untuk menampilkan daftar aplikasi secara alphabet. Kalau swipe ke atas, selain memunculkan daftar aplikasi juga ada yang namanya Aplikasi Instant yang berisi aplikasi atau game mini yang bisa diakses tanpa harus diinstall.
Entah bakal terpakai atau tidak, kalau hal ini malah membuat konsumsi RAM-nya menjadi semakin boros, ini yang menjadi kekurangan Infinix Smart 3 Plus dari segi fitur UI-nya. Saran saya sih, sebaiknya sekalian tidak usah ada saja.
Hal lain yang saya suka dari Infinix Smart 3 Plus ada di sensor biometriknya. Cukup lengkap nih di sini. Mau nge-tap jari bisa, mau setor wajah juga bisa untuk unlock smartphone. Keduanya sama-sama gercep. Sebelum ini saya sempat mencoba sensor biometrik di smartphone dengan harga yang mirip-mirip sampai sekarang saya belum menemukan yang memuaskan.
9. Daya tahan baterai
Baterai 3500 mAh dalah kelebihan yang menjadi pelengkap cantik untuk pembungkus smartphone Rp 1 jutaan ini. Pengalaman 1 minggu memakai Smart 3 Plus baterai-nya bisa digeber tanpa colokan dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi.
Nah, untuk melihat seberapa intens saya memakai smartphone ini saya kasih lihat detail informasi screen on time-nya yang tembus 7.5 jam! Aktifitasnya bisa dibilang intensif ya. Saya tetap bermain game, yaitu PUBG Mobile dengan total durasi 2.5 jam, dan bermain Iron Blade selama 1 jam.
Belum lagi aplikasi sosial media lain yang running di background secara berkala. Skor PCMark-nya juga bagus, untuk mengetes batery-livenya tembus di atas 13 jam dengan brightness layar di 50%. Ya, namanya juga hape murah, pasti ada saja yang harap dimaklumin. Saat diberikan baterai jumbo, lagi-lagi, output charger-nya kurang memadai, di sini letak kekurangannya.
Dengan charger 7.5W, baterai 3500 mAh ini butuh waktu charging sekitar 3 jam 5 menit. Ngebutnya di awal-awal saja. 1 jam pengisian daya, terisi 50%. Masuk ke 2 jam, baterainya terisi 83%. Nah, dari situ sampai benar-benar full di 100%masih memakan waktu 1 jam lagi.
KESIMPULAN
Infinix Smart 3 Plus ini cocok untuk siapa? Kalau preferensi kamu mencari smartphone murah dengan skor Antutu-nya harus di atas 100rb, atau nyaman untuk multitasking, sering buka-tutup aplikasi, sering install aplikasi, dan tidak mau aplikasinya nge-kill di background tiba-tiba, saran saya sih, sebaiknya cari smartphone lain. Terlepas dari harga yang kelewat murah untuk spesifikasi yang ditawarkan oleh Infinix Smart 3 Plus ini.
Tapi, kalau Kalian mencari smartphone murah yang harganya Rp 1 jutaan, sudah pakai AI triple-camera yang hasilnya cukup mantap di berbagai kondisi pencahayaan termasuk lowlight sekalipun, Smart 3 Plus ini rasanya tak ada lawan ya untuk saat ini? Selain kameranya mantap, baterai-nya juga besar.
Saya sudah biasa memakai smartphone ini lebih dari 1 hari tanpa colokan. Ya, meskipun dengan awetnya baterai ini, sangat berpengaruh pada performanya yang tidak bisa diajak ngebut dan resolusi layar yang lebih rendah. Murah atau mahal? Semuanya kembali lagi pada selera kebutuhan dan yang pasti budget kamu. Oke, sekian dulu review kelebihan dan kekurangan Infinix Smart 3 Plus pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat!